Kediri - Sejak didirikan tahun 1910, Pondok Pesantren Lirboyo terus berkembang yang ditandai dengan semakin bertambahnya jumlah santri. Kondisi itu tak pelak memaksa pengurus membangun kamar-kamar baru, salah satunya yang terpaksa dilakukan dengan membongkar terowongan misteri di sekitar Masjid Lawang Songo.
Tetesan air beraroma wangi sempat tersisa dari pembongkaran tersebut, yang hingga saat ini terus menjadi misteri tak terpecahkan.
Terowongan misteri di Lirboyo dibongkar pada tahun 2008 silam, saat Badan Pembina Kesejahteraan Ponpes Lirboyo memutuskan untuk memperluas kawasan makam pendiri pondok sebagai tempat wisata religi dan penambahan kamar untuk santri.
Sebelumnya terowongan tersebut adalah sebuah lorong tersebut merupakan jalan menuju salah satu sudut kediaman Pimpinan pondok, KH Idris Marzuki. Dengan panjang 20 meter dan lebar 2,5 meter, lorong tersebut terasa menyeramkan karena sangat gelap. Praktis tidak ada sinar matahari sedikitpun yang masuk ke dalam terowongan itu.
Tetesan air beraroma wangi sempat tersisa dari pembongkaran tersebut, yang hingga saat ini terus menjadi misteri tak terpecahkan.
Terowongan misteri di Lirboyo dibongkar pada tahun 2008 silam, saat Badan Pembina Kesejahteraan Ponpes Lirboyo memutuskan untuk memperluas kawasan makam pendiri pondok sebagai tempat wisata religi dan penambahan kamar untuk santri.
Sebelumnya terowongan tersebut adalah sebuah lorong tersebut merupakan jalan menuju salah satu sudut kediaman Pimpinan pondok, KH Idris Marzuki. Dengan panjang 20 meter dan lebar 2,5 meter, lorong tersebut terasa menyeramkan karena sangat gelap. Praktis tidak ada sinar matahari sedikitpun yang masuk ke dalam terowongan itu.
Dari proses pembongkaran itulah misteri muncul. Air hujan yang jatuh tepat di atas terowongan menetes dan menghasilkan aroma wangi, layaknya kembang melati. Meski sudah dimengerti secara akal sehat, kejadian ini disaksikan dan dialami ribuan santri
"Itu kejadiannya sampai 5 hari, sebelum akhirnya hilang sendiri. Pokoknya, setiap pakaian yang terkena tetesan akan berubah menjadi wangi, dan aromanya bisa bertahan sampai berhari-hari," ungkap Saiful, salah seorang santri yang menjadi saksi kejadian tersebut, Jumat (19/11/2010).
Dari panjang sebelumnya 20 meter dengan lebar 2,5 meter, bangunan terowongan saat ini hanya tersisa sekitar 4 meter. Keberadaannya saat ini menjadi penyangga kamar santri yang dibuat seperti bangunan rumah gadang, yang dibuat berbahan dasar kayu.
Terowongan misteri tersebut sebelumnya adalah sebuah lorong jalan pintas dari kamar-kamar santri ke Masjid Lawang Songo dan kediaman pengasuh. Uniknya, tak hanya dijadikan jalan pintas, di sepanjang kanan kiri lorong tersebut terdapat beberapa kamar.
Karena gelapnya suasana, kamar-kamar tersebut lebih mirip seperti goa dan dihuni sejumlah santri. Satu-satunya alat penerangan di lorong tersebut adalah lampu berukuran kecil yang hanya dinyalakan pada malam hari.
"Kamar-kamar itu konon ceritanya dihuni santri dari golongan halus," kata Saiful tanpa mau menjelaskan golongan halus tersebut.