Sabtu, 06 November 2010

Letusan Semeru Meningkat

Pakar geologi mengingatkan masyarakat tidak meremehkan potensi bahaya letusan.




Status Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang masih pada level waspada. Letusan gunung tertinggi di Jawa ini mengalami peningkatan signifikan. Meski warga sekitar dan petugas pantau mengatakan kondisi aman, pakar geologi mengingatkan untuk tidak meremehkan potensi bahaya letusan.

"Letusan atau gempa hembusan pada Gunung Semeru merupakan pelepasan energi, semakin banyak semakin aman," ujar Suparno, petugas Pos Pantau Semeru di Gunung Sawur, Desa Sumberwuluh, Candipuro, Lumajang, Sabtu 6 November 2010.

Menurut Suparno, Semeru menimbulkan 81 letusan atau gempa hembusan. Ini meningkat dari sehari sebelumnya yang hanya 78 letusan.

"Tanda Semeru semakin aman juga terlihat dari jumlah gempa tremor yang semakin menurun. Kemarin 32 kali gempa tremor, hari ini hanya 23 kali," ujarnya.

Selama 24 jam terakhir, terjadi 3 kali gempa tektonik jauh dan 8 kali guguran lava pijar. Guguran awan panas yang di kawasan Merapi populer dengan sebutan wedhus gembel, kata Suparno, memang jarang terjadi di Semeru.

Terakhir kali awan panas terjadi pada 2008 lalu, baru Kamis 4 NOvember 2011 kemarin kembali muncul di kawasan atas jalur lahar.

Meski dinyatakan relatif aman, pakar Ilmu Geologi dan Kegunungapian Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, Amin Widodo, tetap mengingatkan pada masyarakat tidak meremehkan kondisi Gunung Semeru.

Dia menyarankan warga terdekat tetap harus dievakuasi. Menurut Amin, gejala vulkanik yang mulai muncul dari gunung dengan puncak tertinggi berjuluk Mahameru itu perlu diwaspadai.

"Kalau sudah seperti itu harus mengungsi. Karena status waspada bisa berlanjut ke awas," terang Amin.

Dalam status waspada tidak bisa diprediksi apa yang bakal terjadi terhadap Semeru. Pemerintah Jatim harus mengambil pelajaran dari Merapi yang menewaskan hampir 100 warga karena evakuasi tidak langsung dilakukan secara menyeluruh.

"Menurut saya, pelajaran dari Merapi harus dicamkan. Jangan sampai terulang kembali dan menimbulkan kerugian," lanjut dia.

Mengenai bahaya Semeru, langkah antisipatif telah diambil Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS). Mereka masih menutup jalur pendakian di Gunung Semeru.

"Cuaca buruk juga dinilai membahayakan keselamatan para pendaki," ujar Kepala Bidang Pengelolaan BB TNBTS Kantor Wilayah II, Angggoro Dwi Sujiarto.

Alasan lain penutupan jalur pendakian ke Semeru, kata Anggoro, karena ada sejumlah titik longsor di jalur Ranupane-Ranu Kumbolo di lereng atas Semeru.


Lahar Dingin

Walaupun belum perlu evakuasi warga, Suparno, petugas Pos Pantau Semeru di Gunung Sawur, Desa Sumberwuluh, Kec Candipuro, Lumajang mengimbau agar para penambang pasir di jalur lahar Semeru berhati-hati.

Sementara sejumlah penambang pasir sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Kali Rejali, mulai di Kec Pasirian dan Kec Tempeh mengatakan waspada terhadap Semeru.

Tapi mereka memang tidak menghentikan aktivitas, karena semakin banyak lahar dingin, batu dan pasirnya juga bisa dipanen.

Laporan: Ikhsan Mahmudi| Surabaya Post

• VIVAnews