Sabtu, 06 November 2010

Mayat-mayat Ditemukan Saat Hendak Turun" MERAPI

Tewasnya warga diduga karena terlambat dievakuasi.



Sebanyak 64 warga Argomulyo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, DIY, tewas tersapu awan panas 'wedhus gembel'. Tewasnya warga yang berjarak sekitar 16 sampai 18 kilometer dari puncak Merapi itu diduga karena terlambat dievakuasi.

"Itu terlihat saat mayat-mayat tersebut ditemukan di satu lokasi dan tampak hendak turun," kata Wakil Kepala Polda DIY Komisaris Besar Polisi Tjiptono kepada VIVAnews.com.

Menurut Tjiptono, peringatan diperluasnya radius berbahaya Merapi menjadi 20 kilometer sudah dikeluarkan. Perangkat desa juga sudah menyampaikan peringatan yang dikeluarkan jelang tengah malam itu.
"Dan sudah banyak yang mengungsi. Tetapi, memang ada sejumlah warga yang terlambat mengungsi hingga menjadi korban," ujar mantan Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya ini.

Tjiptono mengatakan, bila dilihat dari peta posisi dusun itu, lokasi Argomulyo memang termasuk dalam area rawan. Karena, dusun itu berada di bawah aliran Kali Gendol yang berhulu dari Merapi dan dipenuhi lahar.



"Sehingga tumpah mengenai kampung itu. Pokoknya kampung-kampung yang sejajar dengan Kali Gendol memang rawan. Sedangkan ada desa-desa lain yang lebih ke tengah dan lebih dekat tidak terkena," ujar dia.

Hal senada sebelumnya disampaikan Kepala Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, R Sukhyar, yang mengatakan jauhnya cakupan awan panas salah satunya disebabkan karena aliran sungai.

"Karena sungai sudah dalam kondisi penuh material panas yang dimuntahkan oleh gunung merapu, sehingga luncuran awan panas semakin jauh," kata Sukhyar. Jumlah tewas ini menambah panjang daftar korban Merapi. Korban tewas menjadi 109 orang, 78 lainnya luka bakar. (umi)• VIVAnews

from: VIVAnews.com.